Presiden koi
Presiden yang pasti dicintai rakyatnya
Selalu aneh2 begini tulisannya seusai lomba sepatu roda 🫠
Eh pinter, tau aja kalau ada lomba sepatu roda. Dan betul, ada yang menarik, tetapi bukan tentang sepatu roda 🙃
Omah Selaras Koi Pond, Jogja
Kebetulan, lomba kali ini diselenggarakan di Jogja dengan tajuk Rodakarta. Dan Omah Selaras Koi Pond sudah menjadi target penginapan impian saya sekeluarga sejak dahulu kala jika ada lomba sepatu roda di Jogja 🤣
Kenapa Omah Selaras? Banyak yang lebih bagus padahal 🙄
Yahhh, kalau cuma bagus di Surabaya banyak gaes 🙃
Ohhh karena bergaya jadul gitu ya? Di Surabaya mana ada 🤔
Nahhh betul. Ngapain ke Jogja cari sesuatu yang ada di Surabaya? 🙃
Bonusnya, sesuai namanya, ya karena ada kolam koi gaes. Ini juga yang menjadi daya tarik Omah Selaras Koi Pond selain karena bangunan rumahnya.
Kolam koi
Kolam koi yang ada di Omah Selaras, tentu ditujukan bukan untuk jadi wahana pancing ikan koi gaes. Yaaa cuma dilihatin aja, siapa tahu dia naksir…
Mulai ngaco 😵💫
Maksudnya, foto ikan koi ini cukup menjual alias Instagrammable. Jadi ya itu maksudnya, untuk dibagikan keindahannya ke kompetitormu di Instagram. Biar dia esmoni, gak mau kalah, terus ikut2an nginap di Omah Selaras.
Masih lanjut ngaconya 😰
Negara koi
Nah, di Omah Selaras ini kita bisa kasih makan ikan koi gaes. Tentu hal tersebut menjadi ritual menyenangkan bagi anak2. Dari ritual tersebut juga, dengkul saya mendapatkan sekelebat informasi, “fenomenanya kok gak asing ya 😌”.
Secara umum (meskipun tidak semuanya), hewan peliharaan mampu menerima sinyal dari gerak-gerik atau tindakan “pemiliknya”, salah satunya adalah saat akan memberinya makan. Begitu juga dengan ikan2 koi di Omah Selaras ini.
Saat kita berjalan di tepi kolam, terutama jika arahnya menuju bagian tertentu yang menjadi tempat penyimpanan makanan, koi2 di kolam akan ngikutin kita, kayak fenomena kedatangan presiden yang mau bagi2 sembako sebelum masa jabatannya habis. Bedanya, fenomena ikan koi ini organik, tanpa setting2 dan buzzer.
Sehingga tercetus lah istilah negara koi 🙃
Presiden dan rakyat koi
Alih2 saya melihat fenomena yang gak asing, saya justru melihat sesuatu yang jelas berbeda.
Butuhnya koi, maksimal ya hidup sehat di kolam. Tapi kalau manusia, hidup sehat belum merupakan kehidupan sebelum dimaknai dan mendapatkan pemaknaan. Kalian pasti sering dengar kalimat “hari ini harus lebih baik dari hari kemarin”? Nah, “lebih baik” tidak lah bersifat kuantitatif, bahkan tidak serta merta bersifat kualitatif. Hari ini lebih sehat dari kemarin, mana bisa dicapai kalau sifatnya kuantitatif? Karena kita kelak bisa saja sakit. Bahkan secara kualitatif, sakit merupakan bentuk penurunan kualitas tubuh. Sehingga “lebih baik” tidak dapat diikat oleh ruang dan waktu. “Lebih baik” adalah pencapaian ruhaniah. Pencapaian ruhaniah hanya bisa dicapai dengan cara yang supra lembut yang memang kompatibel dengan dimensi ruh juga.
Itu sebabnya dorongan untuk menjadi lebih baik hanya ditawarkan ke manusia yak 🤔
Menurut saya iya. Bahkan bukan hanya ditawarkan, tapi juga dibebaskan untuk memilih mau apa, iman silakan kafir silakan.
Lanjuttt... Saat anak2 memberi makan para koi (bukan para2 ya, camkan itu! 🙃), saya melihat seperti presiden melayani rakyat. Meskipun secara kasat mata koi2 seperti berebut makanan, tapi ya begitu lah naluri mereka. Tidak mungkin juga dalam satu kolam, kita memberi makan koi satu per satu. Sehingga distribusinya adalah dengan menyebar makanan ke beberapa bagian kolam.
Yang ingin saya tekankan, interaksi yang terjadi di atas adalah interaksi optimal yang dimungkinkan dalam negara koi. Sedangkan di negara manusia, interaksinya bisa jauh lebih kompleks, optimalitasnya bisa ber-beda2. Bayangkan jika presiden manusia pergerakannya tidak berorientasi ke rakyat, betapa banyak sekali luka yang diakibatkan?
Negara manusia memiliki indikasi kesejahteraannya sendiri, jauh lebih variatif dibanding negara koi. Sehingga sangat lucu jika kesejahteraan rakyat manusia disamakan dengan rakyat koi. Jika ada kasus rakyat manusia berebut makanan, pasti ada motivasinya, bukan sesuatu yang naluriah atau hanya sekadar kelaparan. Yang juga keterlaluan lucu adalah fenomena berebut makanan dengan sangat tega dibingkai oleh komplotan presiden manusia sebagai “rakyat masih membutuhkan presiden”.
Apa yang kalian ambisikan wahai komplotan presiden manusia? Tidak malu dengan ketertinggalan kalian dibanding negara koi?
Mungkin pertanyaan dan penekananmu akan sia2 gaes 😌
Hoaammm, ternyata hanya mimpi. Mana mungkin ada negara manusia seperti itu ☕️