04 Januari 2024

Gendis

Murah, enak, berkualitas

Selamat datang di tulisan pertama saya tentang Gendis gaes. Produk minuman yang saya kreasikan sesaat sebelum bulan puasa tahun 2023 lalu.

Latar belakang

Saya ini suka jajan gaes. Kalau sedang di mall tempat anak saya latihan sepatu roda, selalu ada ritual beli dan menikmati jajanan yang ada di food court. Tentu ada yang cocok, ada yang tidak.

Lebih mengerucut lagi, saya suka minuman kopi. Tapi di mall ini sulit saya menemukan kopi yang cocok. Ada Kopi Kenangan (salah satu yang saya cocok), tapi letaknya ada di food court lantai paling bawah. Sedangkan food court yang saya maksud di awal, ada di lantai paling atas, satu lantai di atas tempat anak saya latihan sepatu roda. Jadi kalau mau ke bawah ya terlalu jauh. Kalau pun nekat ke bawah, sampai atas capek lagi. Ujung2nya butuh minum lagi 🥵. Makanya lebih baik tetap di atas aja, cari minuman non kopi.

Singkat cerita, dari beberapa kali merasakan minuman di food court tersebut, akhirnya terbesit untuk berkreasi membuat minuman sendiri. Dengan harga murah, tapi tetap enak dan berkualitas. Sebab, sebut saja minuman teh, minimal dibandrol dengan harga 6ribu (per tulisan ini dibuat). Jika ingin teh susu, harganya bisa 2x lipat. Sedangkan minuman cokelat, minimal yang saya tahu bisa didapat dengan harga 10ribu. Kalau cokelat malt, bisa tembus 16ribu.

Dalam hati, “bisa lah membuat minuman cokelat dengan harga 5ribu”. Penentuan harga yang gila tentunya 🤣

Eksperimen

Ada modal utama yang mungkin tidak semua orang miliki di dalam saya bereksperimen minuman cokelat ini, yaitu adanya kambing hitam yang andal. Maksudnya sih dikorbankan, tapi ternyata andal juga 🫣

Dalam eksperimen pembuatan minuman, harus ada ahli minuman yang mengujinya gaes. Apakah rasanya enak? Apakah ada efek samping di lidah atau tenggorokan? Apakah manis dan gurihnya pas? Dan banyak lagi aspek lain yang wajib saya pertimbangkan. Kesemuanya itu tidak bisa saya lakukan sendiri. Sebab kalau saya yang menguji, pasti lolos gaes 🤣. Dikasih Pop Ice Cokelat pun saya oke, gimana dongs?

Oooo babi! 😑

Iya sih, eksperimen minuman cokelat ini cukup membabikan saya 😭

Kambing hitam alias penguji minuman yang andal, ada. Maka saya dapat bagian bertugas untuk riset bahan baku dan resepnya 😎

Semua cerita di balik eksperimen ini akan saya jadikan tulisan terpisah ya gaes.

Setelah selesai menentukan bahan yang cocok, resep sudah matang, tidak ada keluhan dari si kambing hitam. Lanjut menentukan varian dan nama.

Membentuk pasukan Gendis

Menjual satu varian minuman, apalagi hanya cokelat, rasanya kurang lengkap. Sehingga saya coba perluas kemungkinan minuman lain yang cocok untuk menemani si cokelat. Akhirnya muncul 2 kandidat, yaitu teh thailand dan teh hijau thailand.

Tidak terlalu sulit menentukan bahan untuk teh thailand. Karena teh thailand di pasar indonesia tidak terlalu banyak mereknya gaes. Kebetulan juga pernah mencicipi teh thailand dan tahu bahan yang dipakai apa saja. Meskipun begitu, untuk Gendis, semua resep murni ditentukan berdasarkan keputusan kambing hitam 😶‍🌫️

Sudah ada 3 varian, lalu akan diberi nama apa yak?

Filosofi Gendis

Btw nama Gendis ini usul dari si kambing hitam juga gaes. Benar2 penentu di banyak hal dia itu. Tapi intinya begini. Gendis itu gula. Dimana manisnya Gendis dihasilkan dari gula murni tanpa pemanis buatan.

Senada dengan kemurnian gula, bahan2 lainnya juga diupayakan dari bahan baku tingkat dasar (mendekati murni). Dengan begitu, kemungkinan resikonya akan minim. Dan resepnya potensial untuk dikembangkan, jika dibutuhkan. Yang tidak kalah penting, harganya pun bisa ditekan.

Sederhana kan yak. Lalu, apakah kalian pernah tahu trio optimalitas yang saat ini tidak bisa hidup rukun?

  • Enak, murah, belum tentu berkualitas.
  • Murah, berkualitas, belum tentu enak.
  • Berkualitas, enak, belum tentu murah.

Nah, di dalam Gendis, mereka bisa hidup rukun gaes. Dari Gendis, kalian bisa mendapatkan ketiganya 🥳

Uji pasar

Eksperimen yang saya lakukan di atas tepat sesaat sebelum bulan puasa gaes. Artinya, ada momentum uji pasar yang bisa dimanfaatkan. Yaitu bulan puasa dan lebaran.

Pada bulan puasa, saya buka lapak di depan rumah dari selesai ashar hingga sebelum maghrib. Meskipun tidak ramai dan tidak selalu habis, positifnya adalah ada beberapa pelanggan yang mengulangi pembelian. Tren yang sangat membahagiakan sekali. Saya yang tukang kode, bisa juga membuat minuman yang punya penikmat setia yak 🥳

Yang tidak bisa saya lupakan adalah ada pelanggan yang hampir setiap hari habis 4 botol cokelat 250 ml 😰. Di satu sisi bahagia. Di sisi lain berharap tidak ada efek samping dari konsumsi yang berlebihan itu. Yaaa se-optimal2nya Gendis, kalau kebanyakan tetap saja tidak direkomendasikan.

Lanjut di momen lebaran gaes. Beberapa hari sebelum lebaran, si kambing hitam menyebar luaskan berita bahwa Gendis menyediakan hampers lebaran untuk kerabat terkasih. Momen ini pun tidak kalah menarik. Ada respon positif yang ternyata datang dari penerima hampers. Dia berkisah bahwa cokelatnya enyak, dan ingin juga membagikan hampers Gendis ke saudaranya. Benar2 membahagiakan 😭

Apa selanjutnya?

Setelah momen bulan puasa dan lebaran hingga saat ini, kegiatan Gendis relatif santai gaes. Gendis tidak aktif menjual. Namun jika ada yang pesan, tetap akan dilayani. Ibarat ilmu, Gendis sudah menjadi pengalaman yang mengkristal.

Berbeda dengan dunia kode, dunia minuman tidak membutuhkan progresifitas yang mewajibkan kita untuk terus belajar. Masalah minuman tidak sedinamis masalah kode. Sudah tahu bahan dan resepnya, maka selesai 😌

Selanjutnya, dimulai dari tulisan ini, akan saya coba ekstrak pengalaman pendek Gendis ini dalam bentuk tulisan2 lain. Misalnya, bagaimana cara memilih bahan baku terbaik? Apakah ada metodologinya? Atau hanya mencoba berbagai macam kemungkinan bahan? Dsb.

Oke gaes, cukup sekian dulu… Terima kasih banyak, Gendis… 🤎💚🧡