Dream Theater, Mike Portnoy dan Mike Mangini
Habis v2, terbitlah v1
Sekali2 bahas drama musik metal ya gaes, biar kalian tau kalau dramanya gak kalah anu dari drama anu.
Kilas balik
Jadi begini. Saya pernah belajar musik agak serius, khususnya instrumen gitar. Pengaruh awalnya adalah acara Dream Band. “Oh ada ya musik kayak gitu”, “Oh main gitar bisa me-liuk2 gitu ya”, dan banyak lagi kekaguman amatir lainnya. Sebab yang saya tahu, mayoritas band populer, hampir tidak pernah menjual keterampilan setiap anggota di lagu2nya. Itulah kenapa, Dream Band gak punya nilai jual jangka panjang. Bahkan band2nya bubar semua.
Kotak kan masih ada gaes... 🤔
Atas nama band, betul. Tapi ada band yang “dibunuh” untuk membentuk formasi yang sekarang.
Oke lanjut. Di tempat kursus, ternyata saya digembleng habis2an. Proses selama latihan diperhatikan betul, dan cukup turuti apa kata instruktur. Saat ada keluhan keluar dari mulut, langsung “yaudah, gak usah latihan” 🫠
Dan ternyata, setelah lebih ngeyel berlatih, baru dikasih tahu kenapa latihan harus seserius itu. Karena hanya dengan serius, target belajar bisa dilalui dengan lancar, bahkan lebih cepat.
Dengerin tuh! Pacaran mulu 😤
Cieee dapet bahan marah2 nih mblo 😶🌫️
Nah pada saat itu, menurut instruktur, latihan saya cukup berhasil dan relatif cepat. Setelah beberapa bulan, modal latihan dirasa cukup, akhirnya dapat materi lagu. Dan Dream Theater (DT) menjadi salah satu band yang lagunya dijadikan materi latihan. Kalo gak salah lagu pertama dari DT yang jadi materi latihan adalah Overture 1928.
Dari sinilah benih2 cinta bersemi 😶
Progressive Metal
DT ini band metal, tapi entah kenapa kuping ini rasanya cocok. Padahal lagu2 yang sering saya dengarkan ya lagu2 populer. Apakah karena saya kebetulan sedang latihan gitar? Enggak juga. Sebab banyak juga gitaris metal yang kuping ini gak bisa nerima 🫨
Setelah ditelusuri, salah satu sebabnya adalah karena DT beraliran progresif. Musiknya gak lempeng2 aja. Banyak sekali titik jeda. Banyak juga pergantian nuansa. Harmoninya pun dapet. Dan yang paling berpengaruh secara musikalitas di DT adalah gitarisnya, John Petrucci. Sederhananya, dia semacam Ahmad Dhani lah. Dewa adalah Dhani. DT adalah Petrucci.
Mike Portnoy
Singkatnya. Awal DT dibentuk, terdiri dari 3 anggota. John Petrucci (gitar), John Myung (bass) dan Mike Portnoy (drum). Setelah itu menyusul anggota2 lain bergabung.
Dari mulai lahir (80an) hingga 2009, terjadi beberapa pergantian anggota. Dari mulai vocal, hingga keyboard. Tapi ketiga anggota awal tidak pernah berganti sama sekali. Sampai akhirnya negara api menyerang 🙃
Setelah album Black Clouds & Silver Linnings (2009), setahun kemudian bukan kabar album baru yang muncul, tetapi kabar pengunduran diri dari MP 😭
Saya kaget bukan main. Sempet saya telepon si MP pada saat itu juga, eh ternyata dia gak kenal saya…
Astagaaa… mulai mengarang... 😑
Ya intinya saya kaget. Dengan alasan apapun, nasib DT yang dipertaruhkan. Gimana jadinya DT tanpa MP? Apakah ada yang sanggup menggantikan peran MP yang cukup dominan di DT?
Meskipun seperti yang sudah saya singgung sebelumnya, karakter DT pengaruh utamanya adalah JP. Tapi, karakter drum DT juga tidak terlepas dari karakter MP. Bisa dibilang, output bermusiknya MP ya DT itu.
Mike Mangini
Setelah jelas bahwa MP harus pergi. Akhirnya DT membuka audisi drummer. Singkat cerita terpilihlah Mike Mangini (MM) menggantikan posisi MP sebagai drummer. Dengan wajah kalem, postur tubuh lebih kecil dari MP, apa bisa MM masuk ke nuansa musik DT?
Tahun 2011, DT akhirnya mengeluarkan album barunya bersama MM. Dan hasilnya, keren cuuukkkkk 🥳
Intinya, keraguan atas MM luntur sudah. Dia tak kalah jago dari MP. Di beberapa aspek, justru MM lebih baik. Meskipun di aspek lain, MP tetap tak tergantikan. Sampai album terakhir tahun 2021, A View from the Top of the World, MM justru semakin menggila. Tapi kisah sukses ini pun musnah, saat negara api menyerang lagi 🫠
Balik kucing
Entah gimana ceritanya, beberapa waktu yang lalu DT mengumumkan kalau MP pulang ke rumah, gabung lagi menjadi drummer. Otomatis, MM harus pergi dari DT 😭
Mendengar kabar tersebut, perasaan saya jauh lebih hancur dari saat MP pergi. MP pergi atas kemauan sendiri. Sedangkan MM masuk atas permintaan DT. Gak punya perasaan kan kalo MM diusir gegara MP pulang 😭
Tapi, cerita yang saya sampaikan di atas. Cerita yang dibangun media. Pengumuman yang disampaikan langsung oleh DT. Bukan berarti semua itu adalah cerita otentik dibalik keluar masuknya MP & masuk keluarnya MM. Sebagai penikmat musik DT, cukup saya nikmati saja lagu2nya. Tanpa peduli apa sebenarnya yang ada di balik drama itu semua. Toh DT tetap DT. Tetap menjadi salah satu band favorit hingga saat ini 🤘🏿
Btw nasib bergitarmu gimana gaes? 🫣
Saya undo gaes. Ganti main keyboard........................ laptop 🙃
Tapi, darah seni tetap mengalir di tubuh ini gaes. Denger yang harmoni, menggelinjang. Melihat yang meliuk, menggelinjang. Meskipun jelas efek sampingnya. Lihat jalan rusak, “jancuk”. Kabel PLN semburat, “juancuk”. Air PDAM kotor, “juancok” 🤬
Cukup gaes... 🫣
Belum. Terakhir, nih lihat sekilas karakter MM di album terakhir DT. Sukses! Mike Mangini... ☕️