Arah jarum jam
Ke kanan atau ke kiri, kembalikan ke keyakinan masing2
Masalah tidak hanya bisa timbul oleh sesuatu yang belum jelas konstruksinya. Bahkan yang sudah jelas-pun bisa berpotensi menimbulkan masalah. Kira2 apa gaes penyebabnya kok bisa gitu? Penyebabnya adalah karena setiap manusia bisa “menciptakan tafsir” atas apa yang mereka lihat, cermati dan gelisahkan. 🤯
Nyok kita ambil contoh kasus arah jarum jam.
Gaes, umum kita ketahui bahwa arah jarum jam itu ke kanan. Betul gak? Nah, dari situ ternyata muncul pandangan yang mungkin tidak terduga oleh umumnya kita.
Ingat yak, saya gak akan menolak apa yang sudah ada atau berpendapat seharusnya begini seharusnya begitu. Saya hanya menggali sedikit titik sumber potensi masalah. Ini bukan berlebihan, karena memang beberapa saat yang lalu saya mengalami sedikit perbedaan pandang masalah arah jarum jam ini.
Kenapa ya yang dijadikan acuan adalah saat jarum menunjuk kutub utara? Bukan kutub selatan?
Karena kalau saat jarum menunjuk kutub selatan, arahnya ke kiri. Bener gak gaes? 🫠
Yang jelas saya tidak paham alasan otentiknya gimana. Namun secara sederhana bisa kita runut beberapa hal yang mungkin dijadikan pertimbangan.
- Kesepakatan baca kita adalah dari atas ke bawah, bukan dari bawah ke atas.
- Ke arah kanan adalah arah baca mayoritas bahasa, kecuali bahasa arab yak (ada lagi gak gaes?).
Ke arah kanan, itu sudut pandangnya siapa ya? Kita yang melihat atau jamnya?
Karena kalau menurut sudut pandang jamnya, jarumnya bergerak ke arah kiri. 🫠
Ini nih yang jadi perdebatan saya dengan si anu kemarin. Saya membawa pandangan umum tentang arah jarum jam, si anu membawa pandangan yang berlawanan. Andaikan si anu dari arab, mungkin masih bisa dimaklumi yak. Di arab, menurut sudut pandang jam, arah jarum jam adalah ke kanan. Tapi si anu bukan dari atau orang arab. Lalu apa yang menyebabkan si anu memiliki pandangan bahwa arah jarum jam ke kanan adalah menurut sudut pandang jamnya? Padahal di indonesia, arah jarum jam ke kanan adalah menurut sudut pandang kita yang melihat.
Saya sempat berpikir sejenak: “Jam adalah produk mekanik. Dan si anu adalah orang teknik yang mestinya mampu menjelaskan alur pandangnya dengan logika tekniknya. Tapi kok tetap saya yang salah tanpa ada penjelasan apapun yak.”
Iya gaes, pada kasus dengan si anu akhirnya kami sepakat saya-lah yang “mengubah” pandangan. Demi gak berantem aja ini tapi. 🤣
Kesimpulan
Udah kelihatan yak, bahwa ternyata arah jarum jam adalah produk kesepakatan. Kebenarannya bukan terletak pada arahnya ke kanan atau ke kiri. Tapi aku dengan kamu, kita dengan mereka, maunya sepakat untuk tetap bersama atau tidak.
Meskipun tetap menjadi catatan yak, masalah di atas muncul dari konstruksi yang sudah jelas dan telah berlangsung lama. ☕️